Monday, March 16, 2015

Kondisi Pendidikan diIndonesia

Kondisi Pendidikan diIndonesia



         Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Di katakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan perdaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan.Bagi bangsa indonesia krisis multidimensi membawa hikmah dan pelajaran yangluar biasa besarnya, yang pasti bangsa ini dapat menatap dan membangun masadepan dengan semangat yang lebih optimis. Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita kenal sekarangadalah hasil perkembanagan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita.Pada masa yang telah lewat, dunia pendidikan terus berubah. Kompetensi yangdibutuhkan oleh masyarakat terus menerus berubah, apalagi di dalam dunia terbuka, yaitu di dalam dunia modern dalam era globalisasi. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar. Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kita dalam pengung kapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu, kemungkinan adanya pendidikan terkekung oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan makna tujuan pendidikan tersebut.

         Ada beberapa hal yang membuat pendidikan di Indonesia semakin melenceng dari cita-cita bangsa. Pertama, kecenderungan pendidikan Indonesia yang semakin elitis dan tak terjangkau rakyat miskin. Dalam hal ini, pemerintah dituding membuat kebijakan yang diskriminatif sehingga menyulitkan rakyat kecil mengakses pendidikan.Kedua, lahirnya sistem pendidikan yang tidak memberdayakan. Dalam konteks ini, kebijakan yang dibentuk semata-mata untuk mendukung status quo dan memapankan kesenjangan sosial (Darmaningtyas, 2005, Pendidikan Rusak-Rusakan). Ketiga,kurangnya orientasi pendidikan terhadap pembangunan moral. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat realitas anak-anak yang bertindak amoral, sehingga sering dikatakan pendidikan minus budi pekerti.

Jangan sampai baik buruknya prestasi siswa hanya dibebankan kepada guru. Semua elemen harus mendukung dalam tercapainya prestasi belajar siswa. Terutama peran orang tua sangat vital dalam berhasil tidaknya siswa sekolah. Anak usia SD, SMP, maupun SMA harus dipantau dan diawasi oleh orang tua masing-masing ketika berada di rumah. Baik itu porsi belajar serta teman bermain. Hal ini untuk mengantisipasi bebasnya anak bergaul ataupun berteman dengan siapa pun. Karena lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang menunjang terbentuknya pribadi pelajar tersebut.

Realitas saat ini, masih banyak siswa yang belum memiliki pribadi yang baik, tidak memiliki tata krama ketika berbicara dengan gurunya, bahkan secara terang-terangan berani melawan atau pun membantah nasihat guru. Sungguh ironi yang perlu dituntaskan sampai ke akar-akarnya. Peran orang tua juga harus ikut mendukung, di rumah siswa harus diajari tata krama yang baik, sopan santun, maupun diajari tutur kata yang lemah lembut. Sampai saat ini, pada tahun 2012 kesadaran siswa terhadap tata krama semakin berkurang. Bahkan sikap nyapu rancang dalam bahasa jawa pun sebagian besar mereka tidak tahu.

Dari tahun ke tahun, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan maju. Negara Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara yang lain. Perlu kita ketahui sebuah negara dikatakan maju bila pendidikan di negara tersebut juga maju. Nah saat ini, kesadaran siswa akan kewajibannya untuk belajar semakin hilang. Mereka hanya ingin sesuatu yang instan tanpa berusaha dengan gigih. Alhasil ketika menilik nilai semesteran yang baru selesai dilaksanakan. Sebagian besar dari mereka harus melakukan remidi untuk memperbaiki nilainya. Sungguh PR besar yang harus dilakukan baik oleh orang tua maupun guru di sekolah tersebut jika ingin negara Indonesia tidak tertinggal dengan negara lainnya.


Beberapa faktor yang mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan antara lain:
1. Kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function yang tidak konsekuen.
2. Penyelenggaraan pendidikan secara sentralistik dan Jawa sentris. Keputusan birokrasi dalam hal ini hampir menyentuh semua aspek sekolah, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Akibatnya, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan lembaganya.
3. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan masih kurang. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya bersifat dukungan dana. Padahal yang lebih penting adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan yang meliputi; (1) pengambil keputusan, (2) monitoring, (3) evaluasi, dan (4) akuntabilitas.

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu:
1. Meningkatkan Anggaran Pendidikan
Pemerintah bertanggung jawab untuk menanggung biaya pendidikan bagi warganya, baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta.
2. Manajemen pengelolaan pendidikan
Manajemen pendidikan yang baik harus memperhatikan profesionalisme dan kreativitas lembaga penyelenggara pendidikan
3. Bebaskan sekolah dari suasana bisnis
Sekolah bukan merupakan ladang bisnis bagi pejabat Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru maupun perusahaan swasta. Tetapi sekolah merupakan tempat untuk mencerdaskan bangsa.
4. Perbaikan kurikulum
Penyusunan kurikulum hendaknya mempertimbangkan segala potensi alam, sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang ada. Pendidikan demokratis harus membekali warga negara dengan dasar yang teguh dalam sosio-ekonomis, mendorong tanggung jawab dan tindakan yang berani di segala bidang, memerangi penyalahgunaan propaganda
5. Pendidikan Agama
Pendidikan agama di sekolah bukan sebagai penyampaian dogma atau pengetahuan salah satu agama tertentu pada siswa tetapi sebagai penginternasionalisasian nilai-nilai kebaikan, kerendahan hati , cinta kasih dan sebagainya.
6. Pendidikan yang melatih kesadaran kritis
Sikap yang kritis dan toleran, akan merangsang tumbuhnya kepekaan sosial dan rasa keadilan. Oleh karena itu diharapkan bisa mengatasi kemelut sosial, budaya, politik dan ekonomi bangsa ini.
7. Pemberdayaan Guru
Guru hendaknya lebih kreatif, inovatif, terampil, berani berinisiatif serta memiliki sikap politik yang jelas.
8. Memperbaiki kesejahteraan Guru
Guru merupakan faktor dominan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu upaya perbaikan kesejahteraan guru perlu ditingkatkan. Dengan demikian, guru tidak hanya dituntut untuk meningkatkan wawasan maupun mutu mengajarnya serta meghasilkan output yang baik.

No comments:

Post a Comment